BAB I
PENDAHULUAN
1.I LATAR BELAKANG
Banyak penulis hari-hari awal didefinisikan ekonomi sebagai “ilmu kekayaan”. Adam Smith sering di kenal sebagai bapak ilmu ekonomi modern, didefinisikan ekonomi sebagai “Sebuah penyelidikan ke dalam sifat dan penyebab kekayaan bangsa-bangsa.”
Definisi-definisi ini cacat karena mereka memberikan banyak pentingnya kekayaan. Kekayaan bukanlah segalanya, itu hanya mengarah untuk mencapai kesejahteraan manusia. Oleh karena itu manusia merupakan yang merupakan tujuan semua kegiatan ekonomi.
Profesor Dr Alfred Marshall adalah ekonom pertama yang memberi definisi logis dari ekonomi. Ia mendefinisikan ekonomi sebagai: “Sebuah studi tentang umat manusia dalam bisnis biasa kehidupan, itu memeriksa bahwa bagian dari tindakan individu dan sosial yang terkait erat dengan pencapaian dan penggunaan materi syarat”.
1.II TUJUAN
Tujuan mempelajari ilmu ekonomi :
• Ilmu ekonomi dapat membantu memahami wujud perilaku ekonomi dalam dunia nyata secara lebih baik.
• Dengan mempelajari ilmu ekonomi akan membuat yang mempelajarinya lebih mahir atau lihai dalam perekonomian.
• Dengan menguasai ilmu ekonomi akan memberikan pemahaman atas potensi dan keterbatasan kebijakan ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
2. I KONSEP EKONOMI
A. FAKTOR PENGGERAK KEGIATAN EKONOMI
Kebutuhan manusia
Kebutuhan manusia cenderung tidak terbatas sedangkan faktor sumberdaya / faktor produksi bersifat langka (scarce) dan penggunaanya bersifat alternative.
B. DEFINISI EKONOMI
a. Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah studi tentang bagaimana manusia menggunakan sumberdaya yang langka untuk menghasilkan barang dan jasa (komoditi) dan mendistribusikanya kepada berbagai kelompok masyarakat (Samuelson dan Nordhaus).
Ilmu ekonomi mempelajari kegiatan manusia dalam hubungannya dengan masyarakat tersebut dalam memenuhi kebutuhannya sesuai dengan definisi atau batasan ilmu ekonomi yang sering digunakan, yaitu: “Ilmu Pengetahuan Sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakatdalam ragka memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran”. Kemakmuran dikatakan dapat dicapai ketika sebagian besar kebutuhan telah terpenuhi.
b. Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro (teori harga) merupakan cabang ilmu ekonomi yang pembahasanya menitikberatkan pada perilaku ekonomi indifidu rumah tangga, perusahaan dan pasar (Samuelson dan Nordhaus).
C. KEGIATAN EKONOMI dan SUMBER DAYA
• Kegiatan ekonomi:
1. Kegiatan produksi
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan kegiatan yang menghasilkan barang. Kegiatan ekonomi dalam menghasilkan barang disebut produksi. Pengertian lain produksi adalah segala usaha manusia yang ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Produksi juga bisa berarti kegiatan untuk meningkatkan manfaat dan kegunaan barang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pihak yang melakukan kegiatan produksi disebut produsen. Contoh: Perusahaan yang memproduksi bahan-bahan makanan seperti minyak goreng, tepung, dll.
2. Kegiatan distribusi
Kegiatan distribusi adalah usaha menyalurkan atau menyebarluaskan barang dan jasa dari prdusen ke konsumen. Dalam hal ini peranan para pedagang sangat penting, karena penghubung antara produsen dengan konsumen, atau antara prdusen dengan produsen lainnya. Kegiatan distribusi banyak dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran barang dan jasa. Di indonesia, distribusi ditentukan oleh pemerintah dan masyarakat.
Ada dua sistem distribusi, yaitu :
• Distribusi langsung : Produsen melakukan penyaluran tanpa perantara
• Distribusi tak langsung : Penyaluran diakukan pedagang.
Usaha distribusi barang dan jasa meliputi hal-hal berikut:
• Perdagangan barang, meliputi hasil-hasil pertanian, industri,dan tambang.
• Distribusi jasa, meliputi uang, alat-alat modal, pariwisata, asuransi.
• Distribusi tenaga kerja, misalnya melalui Separtemen Tenaga Kerja, agen, dan calo tenaga kerja.
3. Kegiatan konsumsi
Konsumsi adalah pemakaian barang atau jasa. Pemakaian barang atau jasa ini bisa dilakukan secara cepat maupun lambat. Bisa juga dilakukan secara berangsur-angsur maupun habis sekaligus. konsumsi mencakup setiap kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghabiskan fungsi ekonomi suatu barang. Orang yang melakukan kegiatan konsumsidisebut konsumen. Kegiatan konsumsi banyak dipengaruhi tingkat pendapatan, kebiasaan, dan budaya.
• Sumber daya/ Faktor produksi / Input:
1. Sumber daya Sumberdaya alam: tanah dan kandunganya
2. Sumber daya manusia: tenaga kerja dan enterpreneurship
3. Sumber daya modal: mesin, bangunan, teknologi dll
D. SISTEM EKONOMI
1. Sistem ekonomi pasar/liberal
Sistem ekonomi liberat disebut juga ekonomi pasar, yaitu sistem ekonomi di mana pengelolaan ekonomi diatur oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran). Sistem ekonomi ini menghendaki adanya kebebasan individu dalam melakukan kegiatan ekonomi. Artinya, setiap individu diakui keberadaanya dan mereka bebas bersaing.
Sejalan dengan uraian di atas berikut ciri-ciri sistem ekonomi pasar :
• Adanya pengakuan terhadap hak individu
• Setiap manusia adalah homo economicus
• Kedaulatan konsumen dan kebebasan dalam konsumsi
• Menerapkan sistem persaingan bebas
• Motif mencari laba terpusat pada kepentingan sendiri
• Peranan modal sangat penting
• Peranan pemerintah dibatasi (Sardiman, 2006 : 80).
2. Sistem ekonomi terpusat
Sistem ekonomi terpusat yang disebut juga sistem ekonomi sosialis adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh sumber daya dan pengolahannya direncanakan dan dikendalikan oleh pemerintah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sistem ekonomi terpusat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Seluruh sumber daya dikuasai oleh negara
• Produksi dilakukan untuk kebutuhan masyarakat
• Kegiatan ekonomi direncanakan oleh negara dan diatur pemerintah secara terpusat
• Hak milik individu tidak diakui (Kardiman, 2006 : 79)
3. Sistem ekonomi campuran
Sistem ekonomi campuran adalah sistem ekonomi yang berusaha mengurangi kelemahan-kelemahan yang timbul dalam sistem ekonomi terpusat dan sistem ekonomi pasar. Dalam sistem ekonomi campuran pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta dalam menjalankan kegiatan perekonomian.
E. PERMINTAAN dan PENAWARAN
PERMINTAAN
1. Pengertian
Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli suatu komoditi pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
a. Harga barang yang bersangkutan (Px)
b. Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
c. Tingkat pendapatan (I)
d. Selera / kebiasaan (T)
e. Jumlah penduduk (Pen)
f. Perkiraan harga komoditi yang bersangkutan dimasa mendatang (Pxe)
g. Distribusi pendapatan (Dist)
h. Usaha-usaha produsen dalam meningkatkan penjualan (Prom)
3. Hukum Permintaan
Permintaan suatu barang akan meningkat jika harga barang tersebut turun dan permintaan barang akan turun jika harga barang tersebut naik, ceterisparibus.
(Ceterisparibus berarti faktor selain harga komoditi yang bersangkutan dipertahankan konstan / tidak berubah.
4. Kurva Permintaan
PENAWARAN
1. Pengertian
Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu .
2. faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran
1. Harga barang yang bersangkutan (Px)
2. Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
3. Harga faktor produksi (Pi)
4. Biaya produksi (Bp)
5. Teknologi (Ti)
6. Jumlah pedagang (Jp)
7. Tujuan perusahaan (Tp)
8. Kebijakan pemerintah (Kp)
3. Hukum Penawaran
penawaran suatu barang akan meningkat jika harga barang tersebut naik dan penawaran barang akan turun jika harga barang tersebut turun.
4. Kurva Penawaran
F. Keseimbangan pasar (market equilibrium)
a. Keseimbangan pasar adalah suatu kondisi dimana ditandai dengan tidak terjadinya kelebihan penawaran (excess suplly) karena harga terlalu tinggi atau kelebihan permintaan (excess demand) karena harga terlalu rendah
b. Secara matematik, QSx = QDx
c. Secara grafis terjadi pada titik potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran
2. II PENDEKATAN PPKn
A. Evokasi (kebebasan & kesempatan)
Pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk mengekspresikan dirinya secara spontan yang didasarkan pada kekebasan dan kesempatan. Pendekatan seperti ini baik sekali namun dilihat dari budaya masyarakat ini terutama yang jauh dari kehidupan kota melaksanakan pendekatan tersebut tentulah menghadapi kendala-kendala cultural dan psikologikal. Untuk dapat mengimplementasikan pendekatan ini, peranan guru amat diperlukan dalam apa yang disebut dengan “breaking the ice” agar setiap anak merasakan adanya suasana terbuka, bersahabat dan kondusif untuk dapat “menyatakan dirinya” menyatakan apa yang menjadi pemikirannya dan mengungkapkan perasaannya.
Melatih siswa dengan cara seperti itu pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pendewasaan agar terbiasa dalam merasakan manfaat situasi seperti itu, sehingga untuk masa-masa yang akan datang mereka pun dapat berbuat yang sama atau bahkan melebihinya. Keberhasilan pendekatan tersebut juga amat bergantung pada dorongan dan rangsangan yang diberikan guru dengan mengandalkan pada stimulus-stimulus tertentu. Selain peranan guru, peranan keluarga dan masyarakat juga amat penting oleh karena apa yang dibicarakan dalam kelas yang dibatasi oleh empat dinding kelas dapat member makna dalam belajar siswa.
Peranan kedua unsut tersebut dalam menumbuhkan keyakinan siswa tentang nilai moral yang dibahas di kelas, harus sejalan dengan apa yang di lihat dan dialaminya dalam kehidupan di keluarga dan di masyarakat. Jika tidak ada kesesuian di antara ketiga unsur tersebut maka akan terjadi konflik dalam diri anak yang dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan disebut intra personal conflict yaitu konflik yang terjadi dalam diri siswa. Konflik dalam diri pribadi anak itu dapat berlanjur menjadi konflik antar pribadi yang disebut inter personal conflict karena melihat tidak adanya keajekan antara nilai yang dipelajari dan diuakininya dengan apa yang terjadi di sekolah dan di masyarakat secara keseluruhan.
B. Inkulkasi (Menanamkan)
Pendekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai yang telah disusun terlebuh dahulu oleh guru. Tujuannya adalah agar pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah nilai tersebut dapat digunakan untuk mempengaruhi dan sekaligus mengarahkan siswa kepada suatu kesimpulan nilai yang sudah direncanakan. Peranan guru dalam hal ini amat menentukan oleh karena gurulah yang menentuka kearah mana siswa akan dibawa atau diarahkan atau dikondisikan secara halus dan hati-hati.
Gurulah dengan pertanyaan dan arah kesimpulan atau pendapat yang menentukan dalam penkdekatan ini adalah Teknik Inkuiri Nilai (Value Inquiru Question Technique) di mana target nilai yang diharapkan dapat dicapai dengan memanipulasi kedalam sejumlah pertanyaan.
C. Pendekatan Kesadaran
Dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah bagaimana mengungkap dan membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai tertentu yang ada pada dirinya atau pada orang lain. Tentu saja kesadaran itu akan tumbuh menjadi sesuatu yang menumbuhkan kesadarannya tentang nilai atau seperangkat nilai-nilai tertentu. Hanya dengan kesadaran tertentu itu melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang direncanakan oleh guru anak dapat mengungkapkan nilai-nilai dirinya atau nilai-nilai orang lain. Jendela Johary (Johary Window) kiranya dapat membantu menumbuhkan kesadaran siswa tentan gidirnya atau diri orang lain.
D. Penalaran Moral
Salah satu pendekatan dalam pendidikan moral adalah penalaran moral dimana anak dilibatkan dalam suatu dilemma moral sehingga keputusan yang diambil terhadap dilemma moral harus dapat diberikan alasan-alasan moralnya yang masuk akal. Dilemma moral adalah satu bentuk teknik mengajar nilai dan moral yang dianggap tepat terutama bagi kelas-kelas yang tinggi, misalnya kelas IV, V dan VI. Patut disadari bahwa dalam pendidikan nilai dan moral berbagai cara dapat digunakan sebagai stimulus dalam melibatkan nalar dan afeksi siswa adalah melalui pertanyaan, pernyataan, gambar, ceritera, dan gambar keadaan yang bersifat dilematis.
Dalam pengajaran PKn misalnya melibatkan siswa sebagai individu yang “merasakan” dan “larut” dalam situasi yang sengaja diciptakan untuk mendorong siswa menggunakan nalar dan perasaannya terhadap suatu situasi atau kejadian, prinsip, pandangan atau masalah merupakan upaya-upaya dasar dalam pendidikan nilai dan moral. Tanpa upaya-upaya dasar semacam itu, pendidikan nilai dan moral serta PKn khususnya akan sulit mencapai tujuan-tujuannya secara optimal. Dalam pendekatan dilematis sebagai salah satu pendekatan akan lebih efektif jika guru berhasil melibatkan secara intens nalar dan perasaan siswa sebab walaupun yang menjadi dasar utama adalah nalarnya atau reasoning-nya, namun factor perasaan siswa juga akan memegang peranan penting dalam memberi alasan-alasan moral tersebut.
Peranan stimulus amat besar sebab stimulus yang didasarkan pada hal yang bersifat dilematis, akan mengundang siswa mengkaji dengan nalar nilai dan moral yang terlibat dalam masalah yang bersifat dilematis tersebut. Dalam proses pengkajian tersebut siswa akan melibatkan nilai-nilai yang dimilikinya dihadapkan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam masalah dilematis tersebut. Dengan itu juga diharapkan siswa sekaligus menghubungkannya dengan nilai-nilai yang umum dimiliki oleh orang lain atau umum dalam menghadapi masalah-masalah dilematis seperti itu. Oleh karena dalam pendekatan ini yang menjadi focus adalah nalar atau yang berkaitan dengan kognitifnya maka pendekatan ini amat sesuai dengan apa yang kita sebut dengan Cognitive Moral Development dari Kohlberg. Bagi Kohlberg terhadap kaitan yang erat antara perkembangan kognitif dan kematangan atau perkembangan moral seseorang.
E. Pendekatan Analisis Nilai
Melalui pendekatan ini siswa diajak untuk mengkaji atau menganalisis nilai yang ada dalam suatu media atau stimulus yang memang disiapkan oleh guru dalam mengajarkan pendidikan nilai dan moral. Dalam melakukan pengkajian tentu saja para siswa sudah dibekali dengan kemampuan analisisnya. Melakukan analisis sebagaimana diketahui adalah merupakan salah satu tahapan dalam tingkat pengetahuan atau ingatan dan analisis adalah satu tahapan dalam keterampilan berpikir sebelum sampai pada sintesis dan evaluasi.
Dalam melakukan analisis nilai tentu saja siswa akan sampai pada tahapan menilai apakah suatu nilai itu dianggap baik atau tidak. Jika menggunakan analisis nilai, tentu saja disesuaikan dengan kemampuan siswa. Analisis nilai dapat dimulai oleh siswa yang dimulai dari sekedar melaporkan apa yang dilihat dan dihadapi sampai pada memilih dan mengemukakan hasil pengkajian yang lebih teliti dan lebih tepat.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pendekatan ini berkaitan dengan kognitif maka jelas bahwa antara pendekatan lima berkaitan erat dengan pendekatan empat yaitu penalaran moral. Pendekatan ini banyak sekali digunakan dalam teknik mengungkap nilai.
F. Pengungkapan Nilai
Pengungkapan Nilai melihat pendidikan moral lebih pada upaya meningkatkan kesadaran diri (self-awareness) dan memperhatikan diri sendiri (self-caring) dan bukannya pemecahan masalah. Pendekatan ini juga membantu siswa menemukan dan memeriksa nilai mereka untuk menemukan keberartian dan rasa aman diri. Oleh sebab itu maka pertimbangan (judging) adalah merupakan factor kunci dalam model tersebut, namun pertimbangan yang dimaksud adalah pertimbangan tentang yang disenangi dan yang tidak disenangi, dan bukan sesuatu yang diyakini seorang sebagai hal yang benar atau salah.
Melalui pendekatan ini siswa dibina kesadaran emosionalnya tentang nilai yang ada dalam dirinya melalui cara-cara kritis dan rational dan akhirnya menguji kebenaran, kebaikan atau ketepatannya. Pengungkapan nilai tidak menganggap nilai moral sebagai sebuah status dalam rentangan nilai-nilai. Semua nilai termasuk moral dianggap sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan relativf. Walaupun dikatakan bahwa Teknik Pengungkapan Nilai ini banyak dipakai ternyata juga banyak menghadapi tantangan, oleh karena itu pendekatan ini dianggap memiliki banyak kelemahan.
G. Pendekatan Komitmen
Pendekatan komitmen dalam pendidikan nilai dan moral mengarahkan dan menekankan pada seperangkat nilai yang akan mendasari pola pikir setiap guru yang bertanggung jawab terhadap pendidikan nilai dan moral. Dalam PKn sudah barang tentu yang menjadi komitmen dasarnya adalah nilai-nilai moral Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945. Nilai moral tersebut telah menjadi komitmen bangsa dan negara Indonesia untuk terus dilestarikan sebagai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Dalam mengajarkan nilai dan moral tersebut nilai moral Pancasila merupakan nilai sentralnya tanpa menutup kemungkinan mengajarkan nilai-nilai lainnya yang sesuai dan tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Hal itu merupakan perwujudan dari komitmen Bangsa Indonesia khususnya Orde Baru untuk senantiasa melaksanakannya secara murni dan konsekuen. Untuk terlaksananya hal tersebut sudah barang tentu komitmen terutama guru, orang tua, serta masyarakat dan juga siswa merupakan hal yang paling pokok bagi keberhasilan PKn tersebut.
Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk melatih disiplin siswa dalam pola pikir dan tindakannya agar senantiasa sesuai dengan nilai-nilai moral yang telah menjadi komitmen bersama itu. Oleh karena nilai—nilai yang telah menjadi komitmen tersebut adalah nilai-nilai bersama maka pendekatan tersebut diharapkan pula dapat membina integritas social para siswa. Persoalan utama sekarang adalah bagaimana hal itu dilakukan pada tingkat SD.
H. Pendekatan Memadukan (Union Approach)
Pedekatan ini adalah menyatukan diri siswa dengan pengalaman dalam kehidupan “riil” yang dirancang oleh guru dalam proses belajar-mengajar. Proses penyatuan tersebut tidak lain adalah dimaksud agar siswa benar-benar mengalami secara langsung pengalaman-pengalaman yang direncanakan guru melalui berbagai metode mengajar yang dipilih guru untuk tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan pengajaran seperti yang diharapkan itu, guru dapat menggunakan berbagai metode diantaranya Partisipatori, Simulasi, Sosio Drama, dan Studi Proyek.
Siswa SD sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan berpikirnya memang lebih menyenangi contoh-contoh konkrit. Contoh konkrit tersebut adalah contoh-contoh perilaku yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan siswa. Penerapannya mungkin dalam kelompok diskusi di kelas, dalam kelompok bermain di sekolah atau dalam kehidupan di tengah-tengah keluarga. Karena itu dalam prinsip pengajaran dianjurkan agar guru dalam mengajarnya memulai dari hal-hal konkrit kepada yang abstrak apalagi materi pendidikan moral pada dasarnya bersifat abstrak.
Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi guru adalah bagaimana mencari contoh-contoh konkrit yang memang secara langsung menyentuh aspek kehidupan anak. Apa yang secara langsung menyentuh kebutuhan seorang akan lebih mudah dihayati dan dilaksanakan. Kiranya demikian pula dengan mata pelajaran PKn SD.
Oleh sebab itu dalam mengajarnya guru PKn SD diharapkan dapat (a) mengemukakan berbagai contoh perilaku, (b) membantu siswa agar dapat mengikuti/mencontoh berbagai perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila dan tuntutan kehidupan masyarakat sekitarnya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila tersebut. Sebagai contoh misalnya adalah, guru dalam mengajarnya sebaiknya lebih menekankan pada contoh-contoh yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Contoh-contoh pengalaman nilai-moral dalam berbagai situasi dan konteks kiranya dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai moral yang disampaikan memalui mata pelajaran PKn SD. Nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain serta lingkungan yang lebih luas harus merupakan materi penting untuk dipahami anak-anak SD.
Nilai-nilai dalam keluarga dimaksud diantaranya adalah kasih sayang, saling menghormati, menyenangi kebersihan dan keindahan, kepatuhan. Dapat juga yang berkaitan dengan lingkungan belajar anak seperti, saling menyayangi, tolong menolong, adil, berdisiplin, mematuhi aturan permainan, tertib dan jujur, dan bersikap sportif. Nilai-moral dalam lingkungan kelas atau sekolah juga perlu diperhatikan misalnya dating dan menyelesaikan tugasnya tepat waktu, berbari dengan rapih saat memasuki kelas, memelihara kebersihan kelas dan sekolah, memelihara buku dan peralatan sekolah, menghormati guru dan petugas sekolah lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan guna mencapai kemakmuran. Ilmu ekonomi timbul karena masalah pemilihan (problem of choice), dimana kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan terjadi kelangkaan sumber daya. Konsep dasar ekonomi meliputi motif ekonomi, prinsip ekonomi, tindakan ekonomi dan lain-lain.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis berharap bagi pembaca, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Maka dari itu, Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam pembuatan makalah ini, yaitu dengan memberi saran dan kritik demi perbaikan makalah selanjutnya.
Dan semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan yang lebih luas. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
[anonim].2011.file:///D:/DDIPS/makalah%20konsep%20dasar%20ekonomi%20%C2%AB%20Mtcdempet%27s%20Blog.htm. Di akses pada 20 November 2012
[anonim].2012. [PPT] Konsep Ekonomi repository.binus.ac.id/content/.../J002468177.ppt. di akses pada 19 November 2012
[anonim].2012. www.sarjanaku.com/.../pengertian-sistem-ekonomi.. diakses pada 18 November 2012
16.11
Unknown
0 komentar :
Posting Komentar